Liputan6.com, Malang: Kediaman pasangan Suyatno dan Sunaiya di Malang, Jawa Timur, ramai dikunjungi tetangga, Rabu (7/7). Keduanya baru saja mengalami luka bakar, setelah tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram yang berada di rumahnya meledak. Akibat ledakan itu, pasangan suami istri ini menderita luka serius sehingga harus dibawa ke rumah sakit.
Menurut Suyatno, tidak ada yang janggal pada tabung gas elpiji di rumahnya. Dia juga tak mencium bau gas. Tapi begitu dia menyalakan api, tiba-tiba saja terjadi ledakan. "Mungkin bocornya dari selang," ujar Suyatno.
Ledakan tabung gas membuat masyarakat khawatir. Namun, mereka tidak mempunyai pilihan lain, mengingat bahan bakar alternatif dengan harga terjangkau tak tersedia lagi. "Minyak sudah tidak ada. Mahal kalau ada," ujar Sudarti, warga Malang.
Di tempat terpisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon, Banten, menyita 700 tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram yang rusak dan tak berlogo SNI. Agen yang kedapatan menjual tabung gas rusak akan diberi sanksi karena melanggar Undang-undang Perlindungan Konsumen dan peraturan menteri perdagangan.
Disperindag Tasikmalaya, Jawa Barat, juga melakukan sidak ke stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE). Hasilnya, ditemukan banyak tabung gas yang kondisinya sudah tidak layak pakai. Selain berkarat, banyak tabung yang bocor. Sedangkan di Sragen, Jawa Tengah, bukan hanya tabung yang tak berstandar SNI. Selang dan regulator juga begitu.
Sementara itu, di tengah kekhawatiran pengguna gas elpiji, sebagian masyarakat sudah berlangganan gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN). Mereka mengaku tidak pernah ada masalah dengan penggunaan gas PGN. Selain aman, harga gas PGN juga jauh lebih murah dibanding gas elpiji.
Iim, warga Klender, Jakarta Timur, mengaku sudah delapan tahun menggunakan gas PGN. Di rumahnya, terpasang instalasi pipa gas PGN yang lebih aman dari tabung gas elpiji. Penggunaan gas PGN juga membuat Iim tak perlu melepas selang dan regulator untuk mengganti tabung elpiji. "Sejauh ini aman-aman saja. Saya sudah delapan tahun menggunakan ini," ujar Iim.
Pengguna lain, Sumiati mengungkapkan, tagihan gas bulanan hanya berkisar Rp 50 ribu. Ini lebih murah dari harga satu tabung gas elpiji 12 kilogram. Saat pemasangan awal, Sumiati juga hanya mengeluarkan biaya Rp 900 ribu untuk pemasangan jaringan pipa gas dan meteran di rumahnya.(ULF)
Menurut Suyatno, tidak ada yang janggal pada tabung gas elpiji di rumahnya. Dia juga tak mencium bau gas. Tapi begitu dia menyalakan api, tiba-tiba saja terjadi ledakan. "Mungkin bocornya dari selang," ujar Suyatno.
Ledakan tabung gas membuat masyarakat khawatir. Namun, mereka tidak mempunyai pilihan lain, mengingat bahan bakar alternatif dengan harga terjangkau tak tersedia lagi. "Minyak sudah tidak ada. Mahal kalau ada," ujar Sudarti, warga Malang.
Di tempat terpisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon, Banten, menyita 700 tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram yang rusak dan tak berlogo SNI. Agen yang kedapatan menjual tabung gas rusak akan diberi sanksi karena melanggar Undang-undang Perlindungan Konsumen dan peraturan menteri perdagangan.
Disperindag Tasikmalaya, Jawa Barat, juga melakukan sidak ke stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE). Hasilnya, ditemukan banyak tabung gas yang kondisinya sudah tidak layak pakai. Selain berkarat, banyak tabung yang bocor. Sedangkan di Sragen, Jawa Tengah, bukan hanya tabung yang tak berstandar SNI. Selang dan regulator juga begitu.
Sementara itu, di tengah kekhawatiran pengguna gas elpiji, sebagian masyarakat sudah berlangganan gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN). Mereka mengaku tidak pernah ada masalah dengan penggunaan gas PGN. Selain aman, harga gas PGN juga jauh lebih murah dibanding gas elpiji.
Iim, warga Klender, Jakarta Timur, mengaku sudah delapan tahun menggunakan gas PGN. Di rumahnya, terpasang instalasi pipa gas PGN yang lebih aman dari tabung gas elpiji. Penggunaan gas PGN juga membuat Iim tak perlu melepas selang dan regulator untuk mengganti tabung elpiji. "Sejauh ini aman-aman saja. Saya sudah delapan tahun menggunakan ini," ujar Iim.
Pengguna lain, Sumiati mengungkapkan, tagihan gas bulanan hanya berkisar Rp 50 ribu. Ini lebih murah dari harga satu tabung gas elpiji 12 kilogram. Saat pemasangan awal, Sumiati juga hanya mengeluarkan biaya Rp 900 ribu untuk pemasangan jaringan pipa gas dan meteran di rumahnya.(ULF)
penggalan berita diatas adalah contoh dari sikap pemerintah kita yg tidak memikirkan nasib rakyatnya..
puluhan orang sudah jadi korban keganasan lpg....
kapan giliran anda?? itu yg jadi tanda tanya besar...
seperti yang kita tau konversi minyak tanah ke gas adalah bentuk pemaksaan.. tanpa adanya persiapan dari pemerintah, entah itu masalah tabung, sosialisasi cara pemakaian lpg yg benar dan aman, serta ketersediaan lpg dipasaran.
CONTOH TABUNG 3 KG YG ADA DIPASARAN
tabung yg butut dan jelek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar